Antara aktivitas keseharian, pekerjaan, interaksi hingga subyektifitas pemikiran atau idealisme diri bakal tersaji dan memiliki cerita tersendiri, yang bisa bertautan satu sama lain atau malah kontras sama sekali, dan sering membuat kita mengenyitkan dahi, tapi begitulah adanya, tak perlu mencari dan mengejar suspect dari tiap tiap kejadian, tetapi mungkin bakal lebih baik apabila diterima dengan baik dan dijadikan suatu babak dari perjalanan dan menjadi tumpuan untuk mencari jalan lain, just a part of an ascent to the summit

agenda atau petaka..? ||

Desingan bilah bilah blower masih menggema di atas jendela yang tertutup rapat oleh lembaran tripleks, diluar sana, gemericik air masih menetes dari awan pekat yang menggantung dan menutup cerahnya malam. Semerbak uap berbau tanah basah hinggap di ujung hidung ini. Dingin dan sejuk. Tembang tembang kalem dari Whitney Houston dan Mariah Carey masih saja didendangkan speaker kompie ini. menemani menghabiskan malam tersaji kopi instan panas yang cukup menggugah selera aromanya.

Kepul asap bakaran tembakau masih saja riwa riwi di ruangan ini, pelahan naik dan pelahan pula buyar lalu tiba tiba tertarik hilang di hisap blower.

Tadi sore, disaat saya merebahkan diri di sandaran kursi di sebuah warung makan masakan Padang, bergetar HP di saku celana, sms..

“hi, dmn? Lg ap?”

Singkat dan jelas, krusor ku putar ke bawah, ternyata dari seorang teman wanita. Tak banyak membuang waktu, ku telpon balik no itu.

Awalnya say hi, lalu dilanjutkan ngobrol ringan mengenai acara rehat sore ini, tapi ujung dari pembicaraan justru menyiratkan ajakan untuk ‘jalan’, tepatnya menemani.

Tak lama pula tercetus pula bab hari dan tanggal. Apa jawab saya?

“eh ntar ya lihat lihat dulu..”

Entah benar atau tidak yang jelas jawaban ini jadi membuat nada suara menjadi meninggi.

“gimana sih.. bisa kan..?!”

haha.. sebuah pertanyaan yang sedikit mirip dengan pemaksaan.. harus ya nggak bisa nggak..

Sepele buat dia, tidak buat saya, agenda saku sebagai sekretaris pribadi tidak saya bawa ke warung, masih ada di meja kerja, tergeletak manis di sebelah kompie. Kalau bilang iya, lha saya tidak hafal isi kegiatan di hari tersebut, syukur kalo kosong, kalau bilang tidak, pasti pertanyaannya berlanjut kok nggak mau nemenin.

“aku nggak apal jadwalku hari itu.. aku nggak bawa agenda..”

Tak ada mendung tapi geledek langsung terdengar via Hp di ujung sinyal sana..

“kamu sok sibuk mulu.. masa Cuma jalan aja musti lihat agenda, nulis agenda.. kayaknya aku harus ngambil nomor urut dulu kalo butuh kamu..?!”

Mampus..!! sehabis itu sunyi menggema di HP, suara diujung diam lama. Tak mati juga HP ini.

“hei.. halo.. halo.. “

Saya coba buka suara tak ada jawaban, Halo Halo Bandung pun mulai lirih saya nyanyikan... mencairkan suasana sih niatnya.

Tut..tut..tut.. dimatikan juga akhirnya..

Sesampai di ruang kerja, tangan langsung meraih agenda kecil itu dan mulai menuju ke hari dan tanggal yang di tunjuk, pagi masih berisi tentang progres kerja harian, siang ada acara ketemu dengan kolega, masih berhubungan dengan kerjaan juga, biasanya sampe sore, malem kosong, Cuma terjadwal nyicil cari uang rokok.

“hei, sori.. kl agak maleman dkit mau gak, jgn siang agak sore bgt. Ntar g mandi ak, eh lupa , km kan hobi nyium kringetku y? ”

Report sms terkirim, tapi ditunggu tak ada balasan..

Mencoba untuk disiplin dengan agenda ternyata susah juga ya..? apalagi kalau menyangkut hal hal seperti ini, sepele permasalahannya tapi agak males juga menanggapinya, dituruti.. ya kalau kebeneran, kalau nggak, bisa kacau seperti terbirit birit rasanya.


photo minjem dari sini

otentik dari landië @ 06.57,

0 bisa ya bisa nggak..

Posting Komentar

<< Balik ke atas