Antara aktivitas keseharian, pekerjaan, interaksi hingga subyektifitas pemikiran atau idealisme diri bakal tersaji dan memiliki cerita tersendiri, yang bisa bertautan satu sama lain atau malah kontras sama sekali, dan sering membuat kita mengenyitkan dahi, tapi begitulah adanya, tak perlu mencari dan mengejar suspect dari tiap tiap kejadian, tetapi mungkin bakal lebih baik apabila diterima dengan baik dan dijadikan suatu babak dari perjalanan dan menjadi tumpuan untuk mencari jalan lain, just a part of an ascent to the summit

6 jam sisa malam ini ||

Mendengar tembang tembang nostalgia merangsang diri untuk kembali menyelami masa lalu, nostalgia, tentunya pada saat dulu lagu itu sedang tren dan ada kejadian yang memaksa lagu itu sebagai ‘soundtrack’nya, haha.. seperti yang sedang saya rasakan saat ini.

Lagunya Tomy Jipesa, dibatas kota, lagu di tahun 80an, ada yang menarikah di balik lagu itu..?? enggaklah.. saya masih kecil saat itu, masih ingusan, Cuma saya merasa sedikit tergugah saja.

Sebagai seorang perantau, lagu ini mungkin bisa sedikit menjadi ‘soundtrack’ entah kenapa saya merasa seperti itu, yang jelas saya 400 km lebih dari rumah saat ini dan jam di ujung bawah display kompie masih menunjukan pukul 23.13 WIB. Saya masih belum beranjak dari tempat kerja ini, sebuah ruangan dekil yang sumpek dan tak pula nyaman, ini bukannya subyektivitas saya saja namun saya percaya benar jika anda berada di sini akan merasakan hal serupa.

Ketika saya posting ini mungkin anda sudah terlelap dan tengah berada dalam perjalanan ke awang awang, ok kalau begitu bolehkah saya menuliskan ini,

“preattention for all of you passenger..

welcome to dreamy airlines, here is Landie, your pilot speaking..

We are flying in absolute high of dream from sea surface..

Please set up your bed, fasten your blanket and huge your pillow..

Enjoy flying with us till the morning came again and have nicest dream..”

Oke selamat malam, selamat tidur,

Tapi buat anda yang masih terjaga, bolehlah kita sedikit share, mungkin andalah yang bisa memberi saya sedikit kehangatan di malam yang dingin bekas hujan ini.

Mungkin ada diantara anda yang menganggap saya sedang kerja malam, shift 2 atau shift 3, benar gak..?

Tak meleset pula anggapan anda ini, namun mungkin saya mau sedikit luruskan, saya memang seorang pekerja namun dengan jam normal, seperti anda tentunya, berangkat pagi dan harusnya pulang sore atau ada sedikit malam apabila kebetulan ada kerjaan yang urgent.

Saat ini saya masih beristirahat sejenak untuk sedikit melepaskan penat dan bosan ketika harus menghitung huruf demi huruf, dan angka demi angka, sehingga terciptalah postingan ini, mengalir saja..

Saya Cuma berfikir, mungkin sedikit picik, namun saya sedang menjalaninya sekarang ini,mari kita sedikit berhitung sebentar, 24 jam kita diberi waktu, taruh kata, 8 jam sudah kita habiskan untuk bekerja normal, untuk transport ke tempat kerja taruh kata 2 jam perhari. Masih sisa 14 jam. 8 jam kita tidur untuk menormalkan metabolisme tubuh, masih berapa ya..? masih 6 jam rupanya.

6 jam bukanlah waktu yang sebentar, bisa pulang pergi Semarang – Yogjakarta. Atau jikalau anda perokok, 24 batang sambung menyambung seperti kereta api harus anda habiskan.

6 jam sisa itu yang menjadi ganjalan di benak saya setiap harinya sampai detik ini. Selalu terpikir sebuah obsesi yang terlanjur tertanam di dalam hati dan mulai tumbuh pertanyaan diri, mengenai kenapa saya ada di sini, saat ini. saya mencoba menjadwal kegiatan saya tiap harinya, diluar sesuatu yang urgen dan mengacaukan segalanya tentunya. Saya masih belum punya tanggungan keluarga jadi semua keputusan ini masih atas nama saya sendiri.

Balik ke paragraf paragraf awal..

Sebagai seorang perantau saya mencoba memaksimalkan penggunaan waktu yang saya punya, obsesi menjadi porsi yang lebih sini. Konsekuensinya ya sudah jelas terpapar, membuang sesuatu yang tidak begitu penting, penting disini tentunya subyektivitas saya sendiri. Bahkan terkadang saya sendiri merasa bahwa ideal waktu adalah 32 jam sehari.

Memang benar, ada beberapa teman yang sedikit menyindir saya, sok sibuk, sombong, sudah ‘menghilang’, lupa teman atau apalah.. bahkan ada teman share yang justru membuat saya mengenyitkan dahi,

“kamu masih muda.. sedikit bersenang senanglah.. jangan keterusan bekerja, mau cari apa sih..”

BRAAAAKKK….!!! Bagai dilempar papan kayu rasanya, hilang seketika respek saya ke teman ini.

Beda pendapat itu wajar.. kata orang selalu begitu, namun saya mempunyai jalan hidup sendiri, sharing terkadang Cuma untuk membenarkan apa yang kita perbuat, namun ketika sudah tidak sejalan maka, just say goodbye friend..

Sebenarnya sepele, saya tidak berpikir untuk saat ini namun untuk hari hari kedepan, dimana saya harus menghidupi anak orang, yang saya tidak tahu bagaimana cara ia hidup sebelumnya dan harus terlebur sebagai satu darah dengan saya dan dititipi Yang Kuasa anugerah yang harus saya cukupi sampai kelak saya mati, syukur syukur ketika sudah saya tinggal, masih ada sisa yang bisa dipakai atau diteruskan ke generasi saya mendatang.

Sekarang? Saya masih seorang perantau kecil, seekor anak penyu yang mulai berenang kelautan lepas yang berarti dimulainya seleksi alam, yang dengan membawa tuntutan alam untuk kembali sekian tahun lagi dan menelurkan penyu penyu kecil kembali. Saat ini, saya bisa binasa oleh hewan laut lain, atau oleh iklim, tapi saya Cuma berusaha agar hanyalah waktu yang menghentikan saya.

Bagaimana menurut anda..? terlalu jauhkan saya berpikir? Terlalu idealiskah? Jikalau anda, apa yang anda perbuat di 6 jam waktu tersisa?

foto dok pribadi, lokasi pasar ikan pluit, lens riconar 55mm, fokus 10m, diafragma 5.6, t Bulb 20s

otentik dari landië @ 09.51,

0 bisa ya bisa nggak..

Posting Komentar

<< Balik ke atas